Wednesday, 18 December 2013

HANGEUL "KOREA" ALA SUKU CIA-CIA

Posted by Unknown at 21:05

Kebudayaan Korea nampaknya menyebar di kalangan anak muda terutamanya perempuan. Tidak tanggung-tanggung, virus K-Pop atau Korean POP yang berisikan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh artis-artis korea selalu memikat dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para perempuan yang mengidolakan aktris, aktor, penyanyi yang ganteng, cakep, cute, cantik dan menawan. Selain musik, para "ladies" ini juga suka menonton drama korea yang sarat "love" tak sedikit drama tersebut meneteskan air mata. Kecintaan atau kesukaan terhadap K-wave ini menjadikan mereka berhasrat untuk belajar dan mempelajari bahasa Korea dengan sentuhan "hangeul". Di era informasi teknologi sekarang belajar bahasa asing sangatlah gampang. Orang-orang hanya perlu belajar secara otodidak dengan cara mengunduh, memutar audio/video bahasa korea dan dengan mudahnya di pelajari. meski tidak sebaik cara pengajaran lembaga-lembaga kursus bahasa asing. Namun di Pedalaman Buton, Sulawesi Tenggara bukanlah hal yang menyulitkan atau "terbatas" mereka dengan mudah menulis tulisan "korea" sebagai tulisan keseharian, meski dalam pengucapan mereka bicara dengan Bahasa Indonesia. Merekalah Suku Cia-Cia yang masih menggunakan tulisan "hangeul" sebagai bahasa keseharian mereka.


1. Sejarah Suku Cia-Cia
Buton punya catatan sejarah penting sebagai pusat penyebaran agama Islam. Bahasa Cia-cia jika ditulis dalam abjad melayu ada banyak kalimat atau kata yang tidak bisa ditulis. Sementara jika ditulis menggunakan aksara Arab gundul, akan berbeda makna jika setelah ditulis dan diucapkannya. Hanya dengan aksara Hangeul Korea semua bunyi itu bisa ditulis. Karena menghindari kepunahan dari bahasa Cia-Cia maka hurup abjad Hangeul Korea digunakan.


Abjad hanguel yang sejatinnya memiliki 28 hurup itu diperkenalkan pertama kali oleh seorang raja Sejong The Gread di tahun 1443. Bahkan konon di museum kerajaan korea yang terdapat dibawah tanah ada sebuah paviliun Bau-bau yang isinya tentang suku Cia-Cia.

2. Perkembangan Bahasa Cia-Cia "Hangeul"
Beberapa tahun yang lalu tepatnya sejak 2008 ada sebagian warga pulau Buton yaitu suku Cia-Cia yang akrab dengan bahasa dan tulisan korea. Bermula dari datangnya seorang pemakalah asal Korea, Prof Chun Thay Hyun tertarik dengan paparan tentang keragaman bahasa dan adat istiadat di wilayah bekas Kesultanan Buton ini.

Dia lalu menyempatkan waktu untuk penelitian dan memilih Cia-Cia dikarenakan wilayah ini belum memiliki alfabet sendiri, serta adanya kesamaan pelafalan dan struktur bahasa dengan Korea. Bahasa asli Cia-Cia sendiri terancam punah bila terus dibiarkan karena tidak ada sitem penulisannya. Jadilah Pemkot Bau-Bau bekerjasama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) menggelar Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara.

Pemerintah Kota Bau-Bau bekerja sama dengan Hunminjeongeum Research Institute, lembaga riset bahasa Korea telah menyusun bahan ajar kurikulum muatan lokal mengenai bahasa Cia-Cia dengan huruf Korea. Huruf ini dipelajari mulai dari tingkat SD hingga SMA. Sejak saat itulah nama Cia-Cia populer di Korea.

Banyak jurnalis dari Korea dan Jepang datang ke Bau-bau untuk meliput keantusiasan masyarakat sana akan bahasa Korea. Itu membuat beberapa kali liputan tentang Bau-Bau diputar di televisi internasional.

Plang-plang jalan di kota Bau-Bau juga banyak yang memakai abjad Haengul. Beberapa siswa, guru, masyarakat Cia-Cia, serta pihak Pemkot Bau-Bau pernah diundang langsung ke Korea. Mereka mendemonstrasikan kemampuan menuliskan huruf Hanggeul untuk bahasa Cia-Cia. Bahkan, beberapa guru dari Korea didatangkan langsung ke Bau-Bau untuk mengajarkan huruf Haenggul. Mereka menyempurnakan kurikulum serta menjadi pembuka jalan bagi dibangunnya Pusat Kebudayaan Korea. Warga Cia-Cia sendiri melihat itu dengan penuh kebanggaan. Beberapa warga telah dikirim ke Korea untuk memperdalalm pengetahuan bahasa.

Tentu hal ini dapat menjadi kebanggan bagi kita warga Indonesia karena salah satu bagian negeri ini dapat dikenal luas oleh masyarakat global atau dapat pula menjadi pukulan bagi kita dan pemerintah khususnya yang dapat dikatakan kurang memiliki kepedulian bagi kebudayaannya sendiri.

Aksara Cia Cia kemudian terselamatkan dari kepunahan karena atas rekomendasi Lembaga Riset Hunminjeongum, diresmikan hangeul sebagai alfabet resmi suku Cia Cia - dengan penulisan dan pengucapan tetap bahasa Cia Cia. Hangeul baru digunakan sebagai aksara resmi Suku Cia Cia pada 2009.

Kenapa Korea? Pada sebuah festival bahasa internasional tahun 2006, ada beberapa kalangan peneliti dari Jepang yang menemukan kemiripan antara bahasa Cia Cia dan bahasa Korea. Ditambah, hangeul dapat dituliskan bahasa Cia Cia secara lebih tepat daripada huruf latin seperti yang biasa digunakan dalam bahasa Indonesia. Kini, hangeul telah menjadi aksara yang sehari-hari digunakan Suku Cia Cia di Buton. Bahkan, aksara ini sudah diajarkan di sekolah-sekolah, mulai tingkat sekolah dasar.

3. Suku Cia-Cia itu Sendiri?
Suku minoritas dengan jumlah penduduk sekitar 80.000 jiwa, tinggal di pulau Buton, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Sebagai pekerjaan pokok mereka, bertanam jagung, padi dan singkong, sementara beberapa laki-laki menangkap ikan dan membuat kapal. 95% penduduknya menganut agama Islam, tapi agama daerah sendiri juga masih banyak berpengaruh dalam kehidupan mereka. Sekitar 60.000 orang penduduk tinggal di kota Bau-Bau, yang merupakan kota terbesar dan pusat administrasi di pulau Buton. Mereka memiliki bahasa asli Cia-Cia, namun terancam punah karena kekurangan sistem penulisan yang tepat.

Perlu dicatat, hanya alfabet saja yang digunakan bukan bahasanya. Bahasa tetap menggunakan Bahasa Indonesia.

Sedikit Fakta Mengenai " Korea" Cia-Cia :
1. Masyarakat Asli Korea antusias dengan adanya "budaya" mereka yg telah merambah ke buton, utamanya tulisan "hangeul".
2. pemerintah korea yang tahu ini merupakan peluang untuk menyebarkan budaya mereka langsung tancap gas memasukan banyak tenaga pengajar ke suku ini, termasuk beberapa rekan saya. Hasilnya tentu saja rakyat cia cia lebih 'kemasukan' dan condong pada budaya dan bahasa Korea
3. Beberapa Nama jalan dan Nama Sekolah menyisipkan bahasa "korea".



0 comments:

Post a Comment

 

Pijakan Kaki Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea